Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di blogs kami...Wahai Sang Pemimpi Surga..............Terbuaiku dalam Alunan Nada Kebenaran Hati sehingga tak sadar olehku Mimpi masuk Surga......."Man Jadda Wa Jadda"......!!!!!

Selasa, 27 Mei 2008

Antara Burung, Cacing, dan Manusia…

Antara Burung, Cacing, dan Manusia…

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus “puasa”. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus “berpuasa”. Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya “kantor” yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing.

Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing?
Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi?

Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

Selasa, 20 Mei 2008

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPAN

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPAN

Jika anak dibesarkan dengan Celaan..
ia belajar Memaki

jika anak dibesarkan dengan permusuhan...
ia belajar bekelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan...
ia belajar Rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan hinaan dan cacian...
ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan...
ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan Pujian...
ia belajar Menghargai

Jika anak daibesarkan desngan sebaik-baik peralakuan...
ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman...
ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan...
ia belajar menyenangi dirinya.

Jika anak dibesarkan dengan KASIH SAYANG DAN PERSAHABATAN...

ia belajar menemukan CINTA DALAM KEHIDUPAN YANG ABADI